Apa itu "Tsunami Earthquake"?
Pada dasarnya kita sudah tahu apa itu earthquake atau gempabumi, dan kita juga sudah paham apa itu tsunami yang umumnya disebakan oleh gempabumi dengan magnitude yang besar dan pada kedalam yang dangkal di laut.
Lalu apakah semua gempa yang mengakibatkan tsunami bisa disebut tsunami earthquake? Apakah gempa aceh 2004 merupakan "tsunami earthquake"? Atau gempa Bengkulu September 2007 yang juga menimbulkan tsunami merupakan "tsunami earthquake"? Ternyata kedua gempa tersebut bukanlah termasuk "tsunami earthquake". Benar kedua gempa tersebut mengakibatkan tsunami, disebabkan oleh magnitude gempa kedua event tersebut memang besar. Untuk gempa Aceh dengan magnitude 9 dan gempa Bengkulu dengan magnitude 8.4, sehingga wajar dengan magnitude yang besar menimbulkan tsunami.
Lalu gempa yang seperti apakah yang disebut "tsunami earthquake"?. Secara general yang disebut "tsunami earthquake" adalah "gempa yang tidak biasa dimana menimbulkan tsunami yang lebih besar dibandingkan dengan yang diperhitungkan dari gelombang seismiknya" . Seperti kita tahu gempabumi dapat diukur dengan magnitude seperti Mw, begitu juga dengan tsunami yang bisa diukur dengan magnitude tsunami Mt :
(Abe; 1979;1981;1989b)
Dimana H merupakan amplitude maksimum di tidegauge, dan adalah jarak tidemeter terhadap sumber gempa.
Untuk gempa normal Mw relative sama dengan Mt.
Sedangkan magnitude tsunami (Mt) untuk "tsunami earthquake" akan jauh lebih besar dibandingkan dengan magnitude gempanya (Mw).
Contoh perbandingan Mw dengan Mt untuk tsunami earthquake ;
Apakah di Indonesia terjadi tsunami earthquake? Kasus yang terpopuler bisa dibilang gempa pangandaran 17 Juli 2006, dimana sampai sekarangpun penelitian terhadap gempa tersebut masih dilakukan. Gempa pangandaran dari analisa seismic didapatkan magnitude mb =6,5 dan terakhir Mw=7,5 (sumber BMKG), USGS mb=6,1 dan update Mw=7,2, sementara Harvard dengan solusi moment magnitudenya mengeluarkan Mw=7,7.
Dengan formula perhitungan Mt = log H + log D + 5.8 magnitude tsunami yang didapat untuk gempa pangandaran adalah Mt=8,1. Maka gempa pangandaran merupakan "tsunami earthquake" atau beberapa ilmuwan menyebutnya slow earthquake. Gempa tersebut hampir tidak terasa getarannya, tapi tsunami yang datang bisa mencapai 5-6 meter ke daratan.
Dengan kata lain salah satu ciri "tsunami earthquake" adalah "ground shaking" yang lemah tapi menimbulkan tsunami yang besar. Kenapa bisa sampai demikian? Sampai sekarangpun para ilmuwan masih menyelidiki fenomena tersebut. Salah satu penjelasan yang ada sekarang tentang mekanisme "tsunami earthquake" adalah disebabkan lokasi gempa tersebut berada di ujung trench dengan "fault plane" (bidang patahannya) tidak perlu panjang tapi sudah dapat menyebabkan tsunami dengan amplitude yang tinggi.
(Satake and Tanioka, 1999)
Ditambah
kemungkinan terangkatnya juga endapan sedimen laut diatasnya yang ikut
menjadi katalisator untuk semakin tingginya amplitude tsunami.Mekanisme "tsunami earthquake" coba didefinisikan oleh beberapa ilmuwan sebagai berikut :
- Slow and long rupture processes of earhquakes, (Kanamori, 1972). Gempa dengan proses rupture yang lambat dan panjang.
- Earthquake sources within shallow sedimentary layers, (Fukao, 1979; Okal, 1988). Sumber gempa dengan layer sedimen yang dangkal.
- Earthquakes sourcer in the plate boundary near the trenches, (Pelayo and Wien, 1992; Satake and Tanioka , 1999). Sumber gempa berada di plate boundary dekat dengan trench.
- Landslides caused by earthquake. Longsor yang diakibatkan gempa juga bisa menjadi penyebab "tsunami earthquake" (tidak akan dibahas pada tulisan ini.)
Terlepas dari perbedaan nilai magnitude yang didapat, apakah gempa ini merupakan "tsunami earthquake"?
Dengan formula perhitungan magnitude tsunami Mt = log H + log + 5.8 , dari data-data yang bisa saya dapatkan sampai saat ini diperoleh magnitude tsunami untuk gempa mentawai ini yaitu Mt =8.1.
(source : http://www.ngdc.noaa.gov)
Maka apabila dibandingkan dengan hasil analisa seismic didapatkan gambaran sebagai berikut :
Ini merupakan salah satu indikasi bahwa gempa mentawai merupakan "tsunami earthquake". Akan tetapi ini hanya analisa dari satu sisi gelombang tsunaminya. Untuk dapat memastikannya diperlukan penelitian lebih lanjut terhadap event gempa ini dari sisi yang lainnya juga, seperti dari analisa seismic, penelitian "source process" dan lain-lain. Gempa-gempa yang tergolong "tsunami earthquake" seperti ini masih menjadi semacam kajian menarik untuk para ilmuwan.
Hingga saat ini di Jepang sekalipun, "tsunami earthquake" masih menjadi masalah buat mereka. Masalahnya adalah kesulitan untuk melakukan warning tsunami untuk gempa-gempa yang termasuk "tsunami earthquake" dikarenakan semua pemodelan simulasi tsunami yang ada sekarang tidak akan menghasilkan ketinggian tsunami seperti kejadaian sebenarnya, semua pemodelan / simulasi tersebut akan memberikan hasil "under" atau ketinggian tsunami yg didapat dari simulasi akan jauh lebih kecil dari tinggi tsunami yang terjadi. Ini merupakan masalah bagi warning center di seluruh dunia, karena tidak akan bisa memberikan warning dengan perkiraan ketinggian tsunami secara tepat atau mendekati tepat.
Notes:
Dr. Tatsuhiko Hara, 2010 di website IISEE : http://iisee.kenken.go.jp/special/20101025sumatra/magnitude.htm juga mengkategorikan gempa mentawai ini sebagai "tsunami earthquake" dilihat dari panjangnya durasi rupture gempa tersebut.
-----------------------------------Gian Ginanjar
Staff of InaTEWS (Indonesian Tsunami Early Warning System),
BMKG (Indonesian Agency for Meteorology, Climatology and Geophysics)
Currently taking Master in Japan for Tsunami Disaster Mitigation
Email : gian.ginanjar[at]gmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar