Oleh : Dimas Salomo
PENDAHULUAN
![]() |
Kupang Magnetic Observatory |
Tsunami matahari merupakan istilah yang mengarah pada perkiraan akan
terjadinya badai matahari pada pertengahan 2013 mendatang. Menurut hasil
pengamatan sejak tahun 2000, jumlah bintik matahari cenderung menurun hingga mencapai
tingkat terendah pada tahun 2009. Saat ini, matahari sedang berada pada awal
siklus ke-24. Menurut perhitungan, puncak siklus ini terjadi pada sekitar
pertengahan tahun 2013. Bintik matahari diperkirakan akan mencapai jumlah
tertinggi. Pada saat itu akan terjadi flare yang sangat besar yang mempengaruhi
medan magnet bumi.
Kejadian ini akan menyebabkan gangguan pada sistem komunikasi HF,
navigasi, operasional satelit, dan jaringan listrik. Saat ini, perlu dilakukan
kajian mengenai dampak badai geomagnet tersebut agar meminimalkan dampak yang
ditimbulkannya di Indonesia. Observatorium magnet bumi milik Badan Meteorologi Klimatologi
dan Geofisika (BMKG) maupun stasiun magnet milik Lembaga Penerbangan dan
Antariksa Nasional (LAPAN) harus dioptimalkan fungsinya agar bisa memberikan
peringatan dini bilamana badai geomagnet diperkirakan akan terjadi.
BADAI GEOMAGNET DAN DAMPAKNYA
Di daerah bintik hitam, terjadi puntiran garis medan magnet
matahari. Ini berpotensi menimbulkan flare atau ledakan di permukaan matahari
akibat terbukanya kumparan medan magnet. Selain melepaskan partikel berenergi tinggi,
flare juga memancarkan radiasi gelombang elektromagnetik dan menimbulkan badai
matahari.
Badai magnet di permukaan bintang raksasa tersebut bisa memicu timbulnya
flare atau ledakan yang melontarkan seperenam energi yang dihasilkan matahari
setiap detik.
Jika badainya cukup kuat, akan terjadi Coronal Mass Ejections
(CME), yaitu awan plasma berukuran besar yang bergerak pada kecepatan jutaan
mil per jam. Awan plasma tersebut terdiri dari proton dan elektron yang
energik, dengan tambahan sejumlah kecil helium, oksigen dan logam.
Pada waktu terjadinya badai Matahari, sebuah ledakan matahari
(solar flare) akan disertai oleh semburan radiasi elektromagnet (termasuk radio
dan gelombang yang terlihat, ditambah gamma, ultraviolet, dan sinar X).
Sekira 10 sampai 20 menit setelah ledakan awal akan disusul dengan
semburan penuh dengan energi proton. Kemudian, 10 sampai 30 jam ke depan,
sebuah CME akan menghantam magnetosfer (lapisan medan magnet) Bumi lalu
menyebabkan aliran listrik sepanjang pipa minyak serta saluran listrik tegangan
tinggi.
Dampak badai geomagnet ini memang tidak dirasakan secara langsung
oleh manusia. Tetapi berdampak pada teknologi tinggi yang diciptakan manusia.
Dampak tersebut antara lain : terganggunya sinyal radio (HF) dan terganggunya
satelit sehingga jaringan komunikasi terganggu. Hal ini akan dirasakan pada
penggunaan handphone, Wi-Fi, GPS dan BTS. Maka penerbangan dan pelayaran yang
mengandalkan satelit GPS sebagai sistem navigasi harus menggunakan metode
manual.
Dampak lainnya antara lain yaitu kemungkinan terbakarnya trafo
pembangkit atau distribusi listrik. Dampak yang dialami bumi ini akan semakin
besar jika ledakan matahari mengarah tepat ke bumi. Partikel berenergi tinggi
yang ikut terlontar akan menyusup masuk ke bumi mengikuti arah medan magnet
bumi dari kutub utara dan menyebar memasuki atmosfer. Hal ini yang pernah
terjadi pada siklus ke-22 tahun 1989. Saat itu trafo pembangkit listrik di
Quebec, Kanada terbakar dan kerugian mencapai ratusan juta dollar.
Dampak ini mengacu pada kemunculan Geomagnetically Induced Current
(GIC) pada sistem trafo listrik. Di daerah lintang tinggi dan menengah, studi
GIC telah banyak dilakukan, sedangkan di lintang rendah-ekuator terutama di
Indonesia belum banyak dilakukan. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa pada
saat badai geomagnet, fenomena kemunculan GIC potensial terjadi di Indonesia.
Pada saat badai geomagnet, fluktuasi medan geomagnet menimbulkan
fluktuasi arus ionosfer yang mengalir di permukaan bumi. Aliran arus ionosfer
ini menimbulkan perbedaan potensial di atas permukaan bumi yang dinamakan Earth
Surface Potential (ESP). ESP ini bertindak sebagai sumber tegangan yang berlaku
di antara 2 ground netral autotransformer yang terletak pada ujung-ujung
jaringan panjang transmisi arus. ESP juga menghasilkan arus-arus induksi yang
diketahui sebagai Geomagnetically Induced Current (GIC), melewati ground netral
autotransformer dan mengalir sepanjang jaringan kabel transmisi.
Hasil studi sistem distribusi jaringan listrik di Indonesia
menunjukkan bahwa tipe trafo distribusi jaringan listrik di Indonesia adalah
tipe Y, artinya seluruh trafo distribusi jaringan listrik PLN mempunyai arus
netral. Studi menunjukkan bahwa dampak badai geomagnet pada trafo jaringan
listrik ini berpotensi terjadi di Indonesia namun masih sulit untuk menentukan
magnitudenya.
MITIGASI BADAI GEOMAGNET
Di Indonesia., perlu diberikan
perhatian terhadap kajian dan penelitian geomagnet untuk meminimalkan dampak
yang ditimbulkan badai geomagnet. Hal yang harus dilakukan yaitu pemantauan dan
antisipasi menjelang puncak aktifitas matahari. Hal yang sangat ideal dilakukan
sebagai mitigasi yaitu mematikan sementara jaringan satelit dan jaringan
listrik saat terjadi badai matahari.
Pemantauan dilakukan oleh observatorium magnet bumi milik BMKG dan
stasiun magnet milik LAPAN. BMKG
mengoperasikan lima observatorium magnet bumi di tempat berikut :
1.
Observatorium
magnet bumi Tuntungan di Sumatera Utara,
2.
Observatorium
magnet bumi Tangerang,
3.
Observatorium
magnet bumi Tondano di Sulawesi Utara,
4.
Observatorium
magnet bumi Kupang di Nusa Tenggara Timur,
5.
Observatorium
magnet bumi Pelabuhan Ratu di Jawa Barat.
Pekerjaan bidang geomagnet ini dilakukan oleh Sub Bidang Magnet
Bumi dan Listrik Udara, Bidang Geofisika Potensial dan Tanda Waktu, Pusat
Seismologi Teknik Geofisika Potensial dan Tanda Waktu, Deputi Bidang Geofisika
BMKG.
Selain itu, LAPAN melakukan pemantauan, penelitian, dan
pengembangan terpadu tentang perubahan kondisi lingkungan antariksa (space
weather) meliputi aktivitas matahari, hujan meteor, variasi geomagnet, dan
variasi ionosfer serta dampaknya pada orbit satelit dan lingkungan bumi.
Pekerjaannya dilakukan oleh Bidang Geomagnet dan Magnet Antariksa,
Pusat Sains Antariksa, Deputi Bidang Sains,
Pengkajian dan Informasi Kedirgantaraan, LAPAN yang melaksanakan
penelitian dan pengembangan pengetahuan geomagnet, seismo-elektrogeomagnet,
magnet antariksa serta pemanfaatannya. LAPAN melakukan pengamatan dengan peralatan
pengukuran yang berada di tempat-tempat berikut :
1.
Stasiun Tanjungsari,
2.
Stasiun
Biak,
3.
Stasiun Pontianak.
PENUTUP DAN SARAN-SARAN
Dengan adanya observatorium dan
stasiun yang secara khusus mengamati dan mencatat besarnya medan magnet bumi,
Indonesia bisa membangun sistem peringatan dini badai geomagnet di Indonesia
menjelang puncak siklus matahari pada 2013. Sistem ini bisa diintegrasikan
dengan sistem peringatan dini meteorologi dan klimatologi dan/atau sistem peringatan
dini tsunami (InaTEWS). Dalam arti, diseminasi peringatan dilakukan menumpang
pada sistem-sistem tersebut sehingga tidak memerlukan sistem diseminasi baru.
Hal ini akan lebih efisien mengingat lembaga yang bertugas merupakan lembaga
yang sama.
Ketika potensi badai geomagnet ada, sistem peringatan dini bisa
segera menginformasikan kepada pemerintah dan masyarakat melalui media massa
agar melakukan tindakan seperti mematikan jaringan listrik, komunikasi radio
dan satelit untuk sementara.
***
Referensi
:
http://bocahiseng.blogspot.com/2010/03/badai-matahari.html, diakses pada 19 Juli 2012 pukul
17.00 WIB
http://green.kompasiana.com/iklim/2012/01/03/indonesia-terkena-tsunami-matahari-2013/
diakses pada 19 Juli 2012 pukul 17.00 WIB
Ruhimat,Mamat,dkk.
Penentuan
Pola Hari Tenang Untuk Mendapatkan Tingkat Gangguan Geomagnet di Biak.
Paper Penelitian. LAPAN
Santoso,Anwar,dkk.
Kajian
Dampak Badai Geomagnet Pada Trafo Distribusi Listrik. Majalah Sains dan
Teknologi Dirgantara LAPAN, Maret 2010
SOLAR SUPER STORMS, How They
Could Impact Our High-Tech World, National Geographic Magazine June 2012 Page 36-53
www.lapan.go.id diakses pada 19 Juli 2012 pukul
17.30 WIB
kak..,kalo udah diwisuda dari AMG,bisa kerja di LAPAN/lainya juga nggak kak???apa cuma ng BMKG saja...terima kasih sebelum dijawab.:)
BalasHapus