GEMPA BUMI (EARTHQUAKE)
Oleh : Dimas Salomo
A.
PENGERTIAN
DAN JENIS GEMPA
Gempa bumi yaitu peristiwa bergetar
atau berguncangnya permukaan tanah secara tiba-tiba akibat menjalarnya energi dalam
bentuk gelombang seismik
ke permukaan bumi yang berasal dari suatu daerah tertentu.
Jenis Gempa berdasarkan penyebabnya :
A. Gempa Tektonik, yaitu gempa yang
disebabkan oleh aktifitas tektonik (pergerakan lempeng tektonik).
B. Gempa Vulkanik, yaitu gempa yang
disebabkan oleh adanya aktifitas magma pada perut bumi. Gempa ini biasa terjadi
pada saat gunung api aktif akan meletus. Apabila gunung api tersebut mengalami
erupsi berupa ledakan (eksplosif) akan menimbulkan gempa juga. Gempa ini
biasanya hanya dirasakan di sekitar gunung api tersebut.
C. Gempa Runtuhan, yaitu gempa yang
terjadi karena runtuhan/longsor yang dialami batuan. Gempa ini biasanya terjadi
pada daerah kapur atau daerah pertambangan sehingga jarang terjadi dan bersifat lokal.
D. Gempa
Buatan, yaitu gempa yang terjadi kerena aktifitas manusia seperti peledakan
dinamit atau bom.
Secara populer,
gempa bumi (earthquake) yang dikenal masyarakat luas yaitu gempa tektonik. Bumi memiliki lempeng tektonik atau (litosfer) yang saling bergerak akibat adanya
arus konveksi dari inti cair bumi. Pergerakan lempeng ini menyebabkan
lempeng-lempeng saling berinteraksi dan memberikan gaya satu sama lain. Batuan
pada lempeng tektonik yang mengalami tegangan akibat gaya yang diterimanya akan
mengalami deformasi dan mengakumulasikan energi yang diterimanya. Hingga saatnya
tegangan yang dialami batuan tersebut melampaui daya dukung/kekuatan batuan itu
sendiri, maka akan terjadi patahan dan energi yang telah terakumulasi
tersebut akan terlepas secara tiba-tiba dan menjalar ke segala arah dalam
bentuk gelombang seismik dan menyebabkan getaran pada permukaan bumi. Peristiwa
bergetarnya permukaan bumi yang disebabkan pelepasan energi secara tiba-tiba
dari dalam bumi ini disebut dengan Gempa Bumi (Earthquake). Gempa
bumi bisa terjadi dengan kekuatan yang sangat kecil hingga dengan kekuatan
besar yang dapat menimbulkan kerusakan di permukaan bumi dan membahayakan
manusia serta menimbulkan banyak kerugian. Untuk itu diperlukan pengetahuan
yang mendalam tentang gempa bumi.
a.
Type I :
Gempa bumi utama (main shock) terjadi, diikuti oleh gempa susulan (tanpa
didahului oleh gempa pendahuluan / fore shock).
b.
Type II :
Diawali dengan gempa pendahuluan, kemudian gempa utama (main shock) dan
selanjutnya diikuti oleh gempa-gempa susulan yang cukup banyak.
c.
Type III :
Tidak terdapat gempa utama. Getaran tanah terjadi terus menerus. Magnitude dan
jumlah gempa yang terjadi besar pada periode awal dan berkurang pada periode
akhir. Type ini biasanya disebut tipe Swarm dan biasanya terjadi pada daerah
vulkanik.
Seperangkat alat yang berfungsi
untuk mendeteksi dan merekam getaran pada permukaan tanah, atau alat yang
digunakan dalam perekaman gempa disebut Seismograf.
B.
PARAMETER
GEMPA BUMI
Gempa
bumi yang besar dan merusak merupakan bencana yang patut diwaspadai oleh suatu
wilayah negara. Untuk itu diperlukan pengamatan dan penelitian tentang gempa.
Parameter gempa merupakan hal-hal yang penting untuk diketahui jika terjadi
suatu gempa bumi berdasarkan pengamatan yang dilakukan dengan alat dan pengamatan
efek gempa pada suatu wilayah. Saat kejadian gempa, kedua pengamatan tersebut
akan memberikan informasi seismik yang akan dikumpulkan, diolah dan dianalisis
sehingga menjadi parameter gempa bumi. Berikut yang merupakan parameter gempa :
1.
Waktu terjadinya gempa (Origin Time)
Yaitu waktu saat
terlepasnya energi yang teakumulasi dalam bentuk gelombang seismik yang
dinyatakan dalam hari, tanggal, bulan, tahun, jam, menit, detik. Diperlukan
sistem pewaktuan yang sangat presisi karena data waktu ini dibutuhkan untuk
pengolahan parameter-parameter lainnya.
2.
Lokasi Pusat Gempa
Pusat terjadinya gempa di dalam bumi
disebut Hiposenter. Sedangkan proyeksi tegak lurus hiposenter di atas permukaan
bumi disebut Episenter. Episenter gempa dinyatakan dalam koordinat geografis
(lintang dan bujur).
3.
Kedalaman
Kedalaman yaitu jarak episenter ke
hiposenter. Kedalaman dinyatakan oleh besaran jarak dalam satuan Km.
Pembagian gempa berdasarkan
kedalamannya :
-
Gempa
dangkal, dengan kedalaman < 66 km.
-
Gempa
menengah, dengan kedalaman 66km < kedalaman < 300 km.
-
Gempa
dalam, dengan kedalaman > 300 km.
4.
Magnitudo
(Magnitude)
Magnitudo yaitu skala ukuran kekuatan
relatif gempa atau besarnya energi yang terlepas dari pusat gempa. Magnitudo
merupakan hasil dari pengukuran fase amplitude yang dikemukakan pertama kali
oleh K. Wadati dan C. Richter sekitar tahun 1930. Kekuatan gempa bumi ini dinyatakan dengan besaran magnitudo dalam skala logaritma basis 10. Skala yang
digunakan sampai saat ini yaitu Skala Richter (SR).
Berdasarkan
magnitudonya, gempa dapat dibedakan atas :
-
Gempa sangat besar, dengan magnitudo
lebih besar dari 8 SR.
-
Gempa besar, dengan magnitudo antara 7
hingga 8 SR.
-
Gempa merusak, dengan magnitudo antara 5
hingga 6 SR.
-
Gempa sedang, dengan magnitudo antara 4
hingga 5 SR.
-
Gempa kecil, dengan magnitudo antara 3
hingga 4 SR.
-
Gempa mikro, dengan magnitudo antara 1
hingga 3 SR.
-
Gempa ultra mikro, dengan magnitudo
lebih kecil dari 1 SR.
JENIS-JENIS MAGNITUDE
1.
Magnitude Lokal (ML)
2.
Magnitude Body (MB)
3.
Magnitude Permukaan (MS)
4.
Magnitude Momen (MW)
5.
Magnitude Durasi (MD)
Penjelasan
tentang masing-masing magnitude ini akan dijelaskan pada tulisan khusus tentang
Magnitude.
5.
Intensitas
Intensitas
gempabumi adalah ukuran kerusakan akibat gempabumi berdasarkan hasil pengamatan
efek gempabumi terhadap manusia, struktur bangunan dan lingkungan pada tempat
tertentu. Besarnya intensitas di suatu tempat tidak tergantung dari besarnya
kekuatan gempabumi (Magnitude) saja namun juga tergantung dari besarnya jarak
tempat tersebut ke sumber gempa bumi
dan kondisi geologi setempat.
Intensitas
berbeda dengan magnitude karena intensitas adalah hasil pengamatan visual pada
suatu tempat tertentu sedangkan, magnitude adalah hasil pengamatan instrumental
menggunakan seismograf. Pada suatu kejadian gempabumi besarnya Intensitas pada
tempat yang berbeda dapat sama atau berlainan sedangkan besarnya Magnitude selalu
sama walaupun dicatat atau dirasakan di tempat yang berbeda.
Terdapat
beberapa macam skala pengukuran intensitas yaitu : skala Modified Mercalli
Intensity (MMI) yang diakui menurut standar internasional, skala
intensitas Medvedev-Sponheur-Karnik (MSK)
yang sejak 1992 diubah menjadi European Macroseismic Scale atau EMS yang
digunakan di Eropa bagian timur, skala intensitas Japan Meteorological Agency
(JMA) yang digunakan di Jepang dan skala intensitas Rossi-Forel (RF) yang
digunakan di Cina.
SKALA MODIFIED
MERCALLI INTENSITY (MMI)
I.
Getaran tidak dirasakan kecuali dalam keadaan
hening oleh beberapa orang.
II.
Getaran dirasakan oleh beberapa orang yang
tinggal diam, lebih-lebih di rumah tingkat atas. Benda-benda ringan yang
digantung bergoyang.
III.
Getaran dirasakan nyata dalam rumah tingkat
atas. Terasa getaran seakan ada truk lewat, lamanya getaran dapat ditentukan.
IV.
Pada siang hari dirasakan oleh orang banyak dalam
rumah, di luar oleh beberapa orang. Pada malam hari orang terbangun, piring dan
gelas dapat pecah, jendela dan pintu berbunyi, dinding berderik karena
pecah-pecah. Kacau seakan-akan truk besar melanggar rumah, kendaraan yang
sedang berhenti bergerak dengan jelas.
V.
Getaran dirasakan oleh hampir semua penduduk,
orang banyak terbangun. Jendela kaca dan plester dinding pecah, barang-barang
terpelanting, pohon-pohon tinggi dan barang-barang besar tampak bergoyang.
Bandul lonceng dapat berhenti.
VI.
Getaran dirasakan oleh semua penduduk,
kebanyakan terkejut dan lari keluar, kadang-kadang meja kursi bergerak, plester
dinding dan cerobong asap pabrik rusak. Kerusakan ringan.
VII.
Semua orang keluar rumah, kerusakan ringan pada
rumah-rumah dengan bangunan dan konstruksi yang baik. Cerobong asap pecah atau
retak-retak. Goncangan terasa oleh orang yang naik kendaraan.
VIII. Kerusakan
ringan pada bangunan-bangunan dengan konstruksi yang kuat. Retak-retak pada
bangunan yang kuat. Banyak kerusakan pada bangunan yang tidak kuat. Dinding
dapat lepas dari kerangka rumah, cerobong asap pabrik-pabrik dan
monumen-monumen roboh. Meja kursi terlempar, air menjadi keruh, orang naik
sepeda motor terasa terganggu.
IX.
Kerusakan pada bangunan yang kuat, rangka-rangka
rumah menjadi tidak lurus, banyak lubang-lubang karena retak-retak pada
bangunan yang kuat. Rumah tampak bergeser dari pondasinya, pipa-pipa dalam
tanah putus.
X.
Bangunan dari kayu yang kuat rusak,
rangka-rangka rumah lepas dari pondasinya, tanah terbelah, rel melengkung. Tanah longsor di sekitar sungai
dan tempat-tempat yang curam serta terjadi
air bah.
XI.
Bangunan-bangunan kayu sedikit yang tetap
berdiri, jembatan rusak, terjadi lembah. Pipa dalam tanah tidak dapat dipakai
sama sekali, tanah terbelah, rel melengkung sekali.
XII.
Hancur sama sekali. Gelombang tampak pada
permukaan tanah, pemandangan menjadi gelap, benda-benda terlempar ke udara.
Gempa bumi merupakan suatu fenomena alam
sebagai manifestasi perilaku bumi yang dinamis yang mengubah kenampakan
permukaan bumi seperti sekarang ini. Salah
satu motivasi dalam studi gempa bumi adalah kerusakan oleh gempa-gempa besar
yang banyak menimbulkan korban jiwa dan melumpuhkan perekonomian. Resiko gempa
(risk) terhadap kehidupan manusia dapat dikurangi dengan usaha-usaha
mempelajari tentang gempa. Ilmu yang mempelajari tentang gempa yaitu
Seismologi. Pengertian Seismologi itu sendiri sebenarnya adalah studi tentang
pembangkit, propagasi, dan perekaman gelombang elastik dalam bumi atau dalam
benda angkasa lainnya. Pembangkit yang paling besar dan bersifat merusak adalah
gempa bumi. Jadi Seismologi sering diartikan sederhana sebagai ilmu yang
mempelajari gempa bumi. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar