Kamis, 12 April 2012

CATATAN TERKAIT GEMPA 11 APRIL 2012 - Dimas Salomo


   1.       Tsunami early warning system telah berfungsi dengan baik.
Sesaat terjadi gempa, BMKG sudah harus mengeluarkan early warning kurang dari 5 menit. Dalam waktu yang sangat singkat ini, BMKG harus mengeluarkan informasi gempa dan peringatan dini tsunami berdasarkan hasil monitoring stasiun seismik yang ada di Indonesia yang langsung dikirim ke BMKG Pusat di Jakarta dengan jaringan satelit. Dengan sistem dan jaringan yang ada pada BMKG, parameter-parameter hasil perhitungan ilmiah BMKG dengan cepat dilaporkan gempa dengan magnitude 8.9 SR tersebut berpotensi tsunami.  Warning ini dengan segera
disampaikan ke pemerintah daerah yang bersangkutan, instansi terkait dan ke media-media, juga dengan segera dibunyikan sirine peringatan.
Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTEWS)
Parameter-parameter ini kemudian dikoreksi oleh BMKG dan dilakukan pemutakhiran sehingga didapatkan bahwa gempa tersebut bermagnitude 8,5 SR.
Perlu diketahui bahwa Indonesia tsunami early warning system (InaTEWS) merupakan system yang multi-institusi artinya melibatkan banyak instansi di Indonesia di antaranya BMKG dengan jaringan seismologi monitoring gempa, Bakosurtanal dengan stasiun pasang surut (tide gauge station) dan GPS, BPPT dengan peralatan buoy dan sensor sea bottom pressure gauge untuk mengetahui tekanan gelombang di laut. Berikut data gempa pukul 15.38 WIB :
PARAMETER
BMKG
USGS
Time
15:38:35 WIB
08:38:37 UTC
MAGNITUDE
8.5
8.6
LOCATION
2.33 LU  93.05 BT
2.311°N 93.063°E
DEPTH
10
22.9 km



Perbedaan-perbedaan antara parameter BMKG dengan United State Geological Survey (USGS) ini dikarenakan perbedaan jenis magnitude yang digunakan, metode yang berbeda serta model yang digunakan dan jaringan pemantauan yang berbeda. Yang pasti BMKG dengan perhitungan ilmiah nya akan selalu menggunakan jenis, metode dan model yang sesuai dengan kondisi  tektonik dan geologi di Indonesia.
   2.       Gempa besar, tidak terjadi tsunami.
Hampir dapat dipastikan tidak terjadi tsunami pada event gempa tersebut karena pengertian tsunami yaitu gelombang laut yang besar yang mencapai daratan akibat adanya gangguan di dasar laut. Gelombang laut yang terjadi sangat kecil, tidak sampai setinggi 1 meter.
Tidak terjadinya tsunami dikarenakan bahwa mekanisme fokus gempa merupakan sebagian besar sesar geser (strike slip) dengan sedikit sesar naik sehingga secara keseluruhan disebut sesar oblique. Jika sesar yang terjadi merupakan sesar naik / turun maka kemungkinan akan terjadi tsunami yang besar melanda daratan.
Pusat gempa tidak berada pada zona subduksi (zona pertemuan 2 lempeng tektonik) melainkan berada di barat zona subduksi. Berarti pusat gempa berada di dalam lempeng (intra plate) bukan inter plate.

   3.       Gempa lagi. Gempa kembar.
Gempa besar yang terjadi lagi sesudah sebuah gempa besar merupakan fenomena yang unik. BMKG mencatat bahwa gempa besar bermagnitude 8,8 SR kemudian dimutakhirkan menjadi 8,1 SR telah terjadi lagi di lokasi pusat gempa yang berbeda pada pukul 17.43 WIB berpusat di 483 kilometer dari Kota Simeulue. Gempa ini diikuti 11 gempa susulan. Berikut data gempa kedua :
PARAMETER
BMKG
USGS
Time
17:43:11 WIB
10:43:09 UTC
MAGNITUDE
8.1
8.2
LOCATION
0.82 LU  92.42 BT
0.773°N  92.452°E
DEPTH
24 Km
16.4 km




   4.       Kekacauan evakuasi.
Di media massa, saya melihat bahwa terjadi kekacauan lalu lintas akibat kepanikan masyarakat mencari tempat yang lebih aman. Hal ini menunjukkan bahwa saat dilakukan simulasi gempa/tsunami, masyarakat kurang serius melakukannya sehingga saat peristiwa benar-benar terjadi, masyarakat menjadi bingung dan kacau dalam mencari tempat yang aman. Ada baiknya pemerintah daerah memperhatikan ini dan melakukan simulasi yang lebih baik sehingga ke depan nya proses evakuasi masyarakat menjadi lebih baik.

   5.       Penelitian gempa/tsunami
Pemerintah Indonesia ada baiknya lebih memperhatikan adanya penelitian gempa/tsunami di Indonesia. Berdasarkan referensi saya dari buku SEISMOLOGI (Afnimar, 2009) bahwa sejak tahun 1960-an pemerintah Jepang telah mengeluarkan dana lebih dari $ 1 triliun untuk program prediksi gempabumi berdasarkan ide fenomena precursor yang bisa diobservasi.
Bagaimana dengan Indonesia ? Padahal Indonesia juga merupakan wilayah dengan tingkat seismisitas yang tinggi dan wilayah rawan tsunami.
Wilayah Aceh menurut ahli-ahli seismologi merupakan wilayah yang aman pasca gempa dan tsunami 2004 lalu karena periode ulang gempa biasanya terjadi dalam waktu yang lama, tapi kenyataan nya terjadi gempabumi yang besar 11 Maret 2012 ini.
Anggaran BMKG contohnya untuk pengadaan peralatan dan jaringan seismik masih belum lengkap, apalagi untuk penelitian. Indonesia merupakan wilayah yang sangat berpotensi gempa dan tsunami karena berada pada zona cincin api (ring of fire).

   6.       Bisa memicu gempa besar lainnya ?
Gempa bisa saja memicu energi  yang terakumulasi pada lokasi lain bisa terlepas dengan cepat. Namun mengenai kepastian kapan dan dimana akan terjadi gempa itu akan terjadi, belum ada teknologi yang bisa memprediksi gempa secara tepat. Untuk itu diperlukan banyak hitung-hitungan ilmiah dan metode-metode yang perlu dilakukan agar bisa lebih memahami kondisi lempeng tektonik di wilayah Indonesia.

   7.       Bangunan tahan gempa
Masyarakat yang mendirikan bangunan secara tradisional (membangun sendiri) ada baiknya lebih memperhatikan peta goncangan (shake map) atau peta isoseismal yang dikeluarkan BMKG untuk mengetahui tingkat resiko gempa pada daerah tempat bangunan tersebut didirikan sehingga lebih memperhatikan kekuatan bangunan yang akan didirikan tersebut. Ada baiknya dikonsultasikan dengan ahli-ahli seismologi pada kantor BMKG terdekat. Kalau gedung-gedung yang dibangun oleh insinyur sipil memang sudah seharusnya menggunakan data-data seismologi teknik dari BMKG untuk konstruksi tahan gempa.
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar