Sabtu, 19 Mei 2012

INOVASI SEISMOMETER SEDERHANA

INOVASI SEISMOMETER SEDERHANA

(Prototype WaspadaMeter)

Baca ttg waspadameter :  http://dimas-salomo.blogspot.com/2012/05/gara-gara-kena-gempa-yudhi-hernawan.html

Sumber : Buletin Iptek Akademi Meteorologi dan Geofisika ( I-Buletin AMG)

Sebelum terjadinya Lindu / Linuh (baca : gempa) Simeuleu 7,6 SR kemudian diperbarui menjadi 7,0 SR, web http://bmkg.go.id sempat error sehingga informasi gempa dan peringatan Tsunami hanya bisa diperoleh lewat VSAT dan SMS. Menurut Bapak I Putu Pudja, Kepala Pusat Jaringan Komunikasi BMKG mengatakan “Errornya web BMKG tersebut karena semua fiber optic yang menuju Kemayoran (BMKG Pusat) dari cyber Kuningan down karena terendam air pada bawah tanah (akibat hujan deras yang mengguyur ibu kota akhir-akhir ini) dan tertimpa pohon, sehingga kualitas jaringannya tidak optimal. Ditambah hit ke web BMKG terlalu tinggi saat event terjadi (overload)”(red).
Menanggapi hal itu, perlu kesiapan sendiri dari masyarakat dalam menghadapi bencana gempa bumi dan tsunami, mengingat alur informasi dapat mengalami gangguan. Sebagai contoh, suatu inovasi dibuat oleh seorang pemuda bernama Yudi Hernawan A (mahasiswa Jurusan Akuntansi di salah satu universitas asal Cawas, Klaten, Jawa Tengah. Usut punya usut dia yang memiliki hubungan keluarga dengan Teguh Budiman (taruna AMG, Geof44, red) membuat sensor sederhana untuk mendeteksi getaran seismik. Alat ini dirancang dari pengetahuannya tentang sensor yang ia peroleh dari internet dan beberapa narasumber.
Alat ini sungguh sederhana, terdiri dari sensor yang berupa magnet sebagai induktor yang digantungkan pada pegas yang bergerak dalam suatu kumparan, apabila mengalami getaran akan menimbulkan GGL, kemudian dihubungkan dengan amplifier sebagai penguat sinyal. Dari amplifier sinyal diteruskan ke alarm (VU led display) dan multimeter sebagai display, power supply-nya adalah aki dan baterai 9V – 12V.
Alat ini lumayan baik untuk mendeteksi adanya getaran seismik seperti aktivitas merapi, mengingat alat ini dipasang di dekat aktivitas gunung tersebut Untuk getaran tektonik alias gempa bumi alat ini mampu mendeteksi gempa Jepang, Tonga, India, dan yang terbaru gempa Simeuleu. Alat ini dipasang di rumahnya dekat Sesar Dengkeng.
Didorong oleh kekhawatiran saat mengalami gempa Yogyakarta tahun 2006, dia mencoba membuat alat untuk memantau langsung dan memberi tanda-tanda kenaikan seismik, beberapa kali gagal, namun sedikit demi sedikit berkembang walau belum sempurna. Pengalamannya menjadi relawan merapi membangkitkan keingintahuannya terhadap seismometer. Dengan kemauan yang keras dan tekad yang kuat serta biaya sendiri maka dibuatlah alat yang diberi nama EWS: Earthquake Warning System, yang berfungsi sebagai pemberi tanda bila ada getaran seismik. Alat ini dibuat dari barang-barang yang mudah diperoleh bahkan ada dari barang-barang bekas. Disisi lain pembiayaan juga menjadi kendala dalam penyempurnaan alat ini. Menurut wawancara via facebook, Yudi juga bercita-cita ingin masuk AMG.
Jika alat ini bisa dikembangkan lagi, suatu saat tiap rumah bisa mempunyai sensor sendiri dengan biaya yang cukup murah. Berbeda dengan sensor yang kita kenal saat ini yang harganya mencapai ratusan juta. Setidaknya alat ini mampu memberikan informasi adanya getaran seismik.
(IPTEK_LadyRose)

2 komentar:

  1. semoga bermanfaat untuk earl warning mas (yudi)

    BalasHapus
  2. Terima kasih atas informasinya

    BalasHapus