Kamis, 07 Juni 2012

SEISMOGENIC ZONE

oleh Furqon Dawam Raharjo Raharjo pada 27 Mei 2012

Oleh :

1. Bpk. Dr.Irwan Meilano Ph.D ( Pengajar dan Peneliti kelompok Keahlian Teknik Geodesi ITB )
2. Bpk. Dr. Daryono Sutopawiro M.Si ( BMKG Wil.III, Denpasar )
3. Bpk. Sugeng Pribadi M.Sc ( BMKG Pusat, Jakarta )
4. Gian Ginanjar ( BMKG Pusat, Jakarta )
5. Adit ( Faculty Seismology and Vulkanology at Hokkaido University, Japan )
6. Furqon Dawam Raharjo ( BMKG Padang, Sumatera Barat )

Alhamdulillah kami sudah melakukan diskusi tentang " Seismogenic Zone "...ini hasil diskusi kami...mudah2han bermanfaat buat kawan2 sekalian :)

SEISMOGENIC ZONE

Seismogenic Zone adalah suatu tempat terjadinya gempa-gempa bumi dangkal dan tempat terjadinya akumulasi stress dan strain. Biasanya pada seismogenic zone ini antar bidang kontak subductingnya masih terkunci dan dapat menghasilkan gempa - gempa bumi besar kemudian membentuk couple yang kuat antar 2 bidang plate-nya.

Gambar 1. Sketsa Daerah " Seismogenic Zone " ( Created Picture by Furqon )






Gambar 2. Daerah " Seismogenic Zone " pada Oceanic Plate ( Bilek and Lay, 2000 )



1. Penjelasan dari Bpk.Dr.Irwan Meilano, Ph.D

Daerah yang digambarkan dengan warna merah pada seismogenic zone, diberi nama Asperiti. Asperiti adalah daerah dimana Interaksi antara subducting dan overlaying plate - nya membentuk coupling atau rekatan tektonik.


2. Penjelasan dari Bpk. Dr.Daryono Sutopawiro M.Si

Gempabumi yang terjadi di zona seismogenic ini sangat tergantung kepada koefisien gesekan yang sedang bekerja pada zona ini. Besarnya nilai - nilai koefisien gesekan ( elastis, dinamis ) berkaitan dengan magnitude dan periode ulang, Gempabumi di zona bidang kontak tersebut. Nilai koefisien gesekan dipengaruhi olieh tingkat ketidakteraturan geometri asperiti di bidang kontak antar plate tektonik.

3. Penjelasan dari Mas Gian Ginanjar

Yang menarik dari Zona Seismogenic ini adanya " Slow Slip " itu asesimik tapi bisa me-load asperiti dan jadi semakin dekat ke " Failure " berarti bisa jadi gempabumi juga. Terus di gambar itu dekat dengan palung juga di gambarkan sebagai zona stabil aseismic, padahal kita thau kalau " Tsunami Earthquakes/ Slow Earthquakes " terjadi di zona seismogenic dengan Dip yang hampir datar.

4. Penjelasan dari Bpk.Sugeng Pribadi, M.Sc.

Daerah yang berwarna merah-Orange adalah daerah kegempaan yang tidak stabil. Kadang bisa menimbulkan gempa dan kadang tidak. Di daerah berwarna merah - Orange tersebut sering terjadi kasus " Tsunami Earthquakes ". kenapa terjadi didaerah tersebut?? Karena batuan sedimentasinya berumur muda sehingga koefisien gesekan tinggi. Walaupun magnitude gempany sedang tapi karena koefisien gesekan tinggi dan durasi rupturenya lama mengakibatkan energi gempanya besar, sehingga terjadilah " Slow Earthquakes ". Getaran tidak terasa tapi menimbulkan deformasi batuan besar dan terjadilah tsunami. Contoh TSunami Earthquakes Banyuwangi ( 1994 ), Pangandaran ( 2006 ), Mentawai ( 2010 ).

5. Penjelasan dari Furqon Dawam Raharjo

Di daerah Seimogenic Zone ini saya lihat adanya Baji Akresi ( Accretionary Wedge ). Accretionary Wedge adalah daerah di ujung batas palung ato trench yang berupa endapan sedimen yang cukup tebal, ketebalanya sekitar 2 - 6 Km. Di accretionary wedge ini merupakan zona lemah dan batuanya mudah rapuh, sehingga apabila terjadi gempabumi dengan Mw > 7.0 di daerah Accrretionary Wedge, maka lapisan sedimen tersebut dapat mengenerate terjadinya tsunami.
Gambar 3. Sketsa Baji Akresi Accretionary Wedge dekat batas palung ( Created picture by Furqon )

6. Penjelasan dari Mas Adit

Di zona Seismogenic ini ada asperitinya luas di kedalaman > 15 Km dan ada yang luas dan menyebar di kedalaman < 15 Km. Di sebuah pertemuan di Tokyo beberapa waktu lalu " THorne Lay " mengajukan penamaan domain/region A untuk daerah dengan kedalaman < 15 Km, domain/region B untuk daerah dengan kedalaman > 15 Km dan Region C untuk Underthrusting plate, Penamaan ini untuk memudahkan pada subduction zone. Untuk lebih dimengerti, kita ambil contoh kasus gempabumi bengkulu ( 2007 ) dengan Mw.8.5 dan gempabumi Mentawai ( 2010 ) dengan Mw.7.7. Gempabumi Bengkulu ( 2007 ) dengan Mw.8.5 menggerakkan plate Interface di domain B, dengan slip distribusi yang bisa dikaitkan dengan Asperiti dikedalaman > 15 Km. Meskipun gempa 2007 lebih besar dari gempa 2010, tetapi gempa 2010 membangkitkan tsunami yang lebih besar dibandingkan dengan tsunami yang diakibatkan oleh gempa 2007. Ini karena gempa 2010 terjadi di domain A, dengan suatu magnitude yang diberikan dapat menghasilkan deformasi vertikal yang lebih besar dibandingkan dengan gempa yang terjadi di domain B.




Gambar 4. Daerah seimogenic Zon yang Pada domain/region A, B, dan C ( Bilek and Lay, 2000 )


Asperiti bisa dikaitkan dengan beberapa faktor seperti rigiditas yang bebeda untuk setiap kedalaman, keberadaan dan besarnya Accretionary Wedge, serta seamounts, grabens dan Horst, yang menunjam bersamaan dengan Oceanic Crust. Tapi yang paling penting dari bilek and lay ingin katakan melalui paper dimana gambar ini berada adalah " Tsunami Earthquakes " yaitu gempa dengan Slow Rupture, long duration , yang terjadi di daerah zona subduction dangkal dan bisa membangkitkan tsunami besar yang terjadi di banyak subduction Zones di dunia termasuk sunada Subduction Zone dari Sumatera, jawa sampai NTT. Ada beberapa hipotesis ynag berusaha menjelaskan mengapa tsunami yang dibangkitkan oleh gempa dizona subduction yang dangkal bisa sangat besar?? diantaranya bergerkanya Mega - Splay Fault yang ada di Accretionary Wedge, Horizontal Displacement, dan kemiringan lereng palung lau yang dapat berkontribusi pada pembangkitan tsunami, dan Unconsolidated sedimentary wedge yang kalau di dorong oleh Back Stop secara horisontal bisa juga memberikan additional Uplift yang berkontribusi pada pembangkitan tsunami.


Gambar 5. Daerah Tsunami Earthquake Sources ( Bilek and Lay, 2000 )



Tidak ada komentar:

Posting Komentar