Kamis, 07 Juni 2012

"TSUNAMI EARTHQUAKE" DI INDONESIA

oleh Gian Ginanjar

Apa itu "Tsunami  Earthquake"?
  Pada dasarnya kita sudah tahu apa itu earthquake atau  gempabumi, dan kita juga sudah paham apa itu tsunami  yang umumnya disebakan oleh gempabumi dengan  magnitude yang besar dan pada kedalam yang dangkal di laut.
  Lalu apakah semua gempa yang mengakibatkan tsunami bisa disebut  tsunami earthquake? Apakah gempa aceh 2004 merupakan "tsunami earthquake"? Atau  gempa Bengkulu September 2007 yang juga menimbulkan tsunami merupakan "tsunami  earthquake"? Ternyata kedua gempa tersebut bukanlah termasuk "tsunami  earthquake".  Benar kedua gempa tersebut  mengakibatkan tsunami, disebabkan oleh magnitude gempa kedua event tersebut  memang besar. Untuk gempa Aceh dengan magnitude 9 dan gempa Bengkulu dengan  magnitude 8.4, sehingga wajar dengan magnitude yang besar menimbulkan tsunami.
 
Lalu gempa yang seperti apakah yang disebut "tsunami  earthquake"?.  Secara general yang  disebut "tsunami earthquake" adalah "gempa yang tidak biasa dimana menimbulkan  tsunami yang lebih besar dibandingkan dengan yang diperhitungkan dari gelombang  seismiknya" .  Seperti kita tahu  gempabumi dapat diukur dengan magnitude seperti Mw, begitu juga dengan tsunami  yang bisa diukur dengan magnitude tsunami Mt :


                                        (Abe; 1979;1981;1989b)
Dimana H merupakan amplitude maksimum di tidegauge, dan adalah jarak tidemeter terhadap sumber gempa.
Untuk  gempa normal Mw relative sama dengan Mt.

Sedangkan  magnitude tsunami (Mt) untuk "tsunami earthquake" akan jauh lebih besar  dibandingkan dengan magnitude gempanya (Mw).
Contoh  perbandingan Mw dengan Mt untuk tsunami earthquake ;
Apakah di Indonesia terjadi tsunami earthquake? Kasus  yang terpopuler bisa dibilang gempa pangandaran 17 Juli 2006, dimana sampai  sekarangpun penelitian terhadap gempa tersebut masih dilakukan.  Gempa pangandaran dari analisa seismic didapatkan  magnitude mb =6,5 dan terakhir Mw=7,5 (sumber BMKG), USGS mb=6,1 dan  update Mw=7,2, sementara Harvard dengan solusi moment magnitudenya mengeluarkan  Mw=7,7.

Dengan  formula perhitungan Mt = log H + log D + 5.8 magnitude  tsunami yang didapat untuk gempa pangandaran adalah Mt=8,1.  Maka gempa  pangandaran merupakan "tsunami earthquake" atau beberapa ilmuwan menyebutnya slow  earthquake.  Gempa tersebut hampir tidak  terasa getarannya, tapi tsunami yang datang bisa mencapai 5-6 meter ke daratan.
Dengan  kata lain salah satu ciri "tsunami earthquake" adalah "ground shaking" yang lemah tapi menimbulkan tsunami yang besar.  Kenapa bisa sampai demikian? Sampai  sekarangpun para ilmuwan masih menyelidiki fenomena tersebut.  Salah satu penjelasan yang ada sekarang  tentang mekanisme "tsunami earthquake" adalah disebabkan lokasi gempa tersebut  berada di ujung trench dengan "fault plane" (bidang patahannya) tidak perlu  panjang tapi sudah dapat menyebabkan tsunami dengan amplitude yang tinggi.

(Satake  and Tanioka, 1999)
Ditambah  kemungkinan terangkatnya juga endapan sedimen laut diatasnya yang ikut menjadi  katalisator untuk semakin tingginya amplitude tsunami.
Mekanisme "tsunami earthquake" coba didefinisikan oleh beberapa ilmuwan sebagai berikut :
  • Slow and long rupture processes of earhquakes, (Kanamori, 1972).  Gempa dengan proses rupture yang lambat dan panjang.
  • Earthquake sources within shallow sedimentary layers, (Fukao, 1979; Okal, 1988).  Sumber gempa dengan layer sedimen yang dangkal.
  • Earthquakes sourcer in the plate boundary near the trenches, (Pelayo and Wien, 1992; Satake and Tanioka , 1999).  Sumber gempa berada di plate boundary dekat dengan trench.
  • Landslides caused by earthquake.  Longsor yang diakibatkan gempa juga bisa menjadi penyebab "tsunami earthquake" (tidak akan dibahas pada tulisan ini.)
Gempa tanggal 25 Oktober 2010 pukul 21:42 WIB yang berpusat di sekitar kepulauan Mentawai menimbulkan tsunami hingga memakan ratusan korban jiwa.  BMKG dengan InaTEWS-nya memberikan warning 5 menit setelah gempa terjadi dengan disertai WARNING potensi tsunami sesuai dengan Standart Operational Procedure (SOP) yang ada.  Diikuti kemudian oleh Instansi-Instansi Internasional seperti USGS dan lainnya juga memberikan infonya.
Terlepas dari perbedaan nilai magnitude yang didapat, apakah gempa ini merupakan "tsunami earthquake"?
Dengan formula perhitungan magnitude tsunami Mt = log H + log + 5.8 , dari data-data yang bisa saya dapatkan sampai saat ini diperoleh magnitude tsunami untuk gempa mentawai ini yaitu Mt =8.1.
(source  : http://www.ngdc.noaa.gov)
            Maka  apabila dibandingkan dengan hasil analisa seismic didapatkan gambaran sebagai  berikut :

Ini  merupakan salah satu indikasi bahwa gempa mentawai merupakan "tsunami earthquake".  Akan tetapi ini hanya analisa dari satu sisi  gelombang tsunaminya.   Untuk dapat memastikannya diperlukan  penelitian lebih lanjut terhadap event gempa ini dari sisi yang lainnya juga,  seperti dari analisa seismic, penelitian "source process" dan lain-lain.   Gempa-gempa  yang tergolong "tsunami earthquake" seperti ini masih menjadi semacam kajian  menarik untuk para ilmuwan.
Hingga saat ini di Jepang sekalipun,  "tsunami earthquake" masih menjadi masalah buat mereka.  Masalahnya adalah kesulitan untuk melakukan  warning tsunami untuk gempa-gempa yang termasuk "tsunami earthquake" dikarenakan  semua pemodelan simulasi tsunami yang ada sekarang tidak akan menghasilkan  ketinggian tsunami seperti kejadaian sebenarnya, semua pemodelan / simulasi tersebut akan memberikan hasil "under" atau ketinggian tsunami yg  didapat dari simulasi akan jauh lebih kecil dari tinggi tsunami yang  terjadi.  Ini merupakan masalah bagi  warning center di seluruh dunia, karena tidak akan bisa memberikan warning dengan  perkiraan ketinggian tsunami secara tepat atau mendekati tepat.

Notes:
Dr. Tatsuhiko  Hara, 2010 di website IISEE : http://iisee.kenken.go.jp/special/20101025sumatra/magnitude.htm  juga mengkategorikan gempa mentawai ini  sebagai "tsunami earthquake" dilihat dari panjangnya durasi rupture gempa  tersebut.

-----------------------------------Gian Ginanjar
Staff of InaTEWS (Indonesian Tsunami Early Warning System),
BMKG (Indonesian Agency for Meteorology, Climatology and Geophysics)
Currently taking Master in Japan for Tsunami Disaster Mitigation
Email : gian.ginanjar[at]gmail.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar